Kamis, 10 April 2014

JENIS DAN UKURAN APAR SERTA APAB

Jenis dan Ukuran Alat-Alat Pemadam Api

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) sering kita lihat di tempat-tempat keramaian seperti Mall, Pertokoan, Perkantoran dan juga gedung-gedung tinggi, setiap APAR juga ada Ukuran, isi, Merk dan Kelasnya.
Beberapa Ukuran APAR:
> Ukuran 1,5Kg
> Ukuran 3 Kg
> Ukuran 3,5 Kg
> Ukuran 4 Kg
> Ukuran 4,5 Kg
> Ukuran 6 Kg dan,
> Ukuran 9 Kg.
Isi dari APAR :
# Powder (Serbu Kimia)
# Foam (Busa)
# Co2 (Carbon dioksida)
# Hallon (Sudah dilarang karena merusak Ozon)
APAR yang sering kita lihat ditempat keramaian biasanya berisi Powder (Serbuk Kimia), Karena Powder ini sangat efektif untuk pemadaman apa saja seperti; Korsleting Listrik, Kompor, Bahan mudah terbakar, Minyak dll, Untuk APAR yang berisikan Foam (Busa) Banyak di gunakan ditempat pengisian bahan bakar seperti Pom Bensin juga toko-toko yang menjual Tinner, cat. Karena Foam lebih efektif untuk pemadaman yang disebabkan oleh bahan bakar atau Minyak. Selain APAR masih ada alat pemadam yang disebut APAB atau Alat Pemadam Api Besar, APAB tidak jauh berbeda isinya dengan APAR, APAB lebih besar dari APAR.
Beberapa Ukuran APAB :
1. Ukuran 30 Kg dan
2. Ukuran 50 Kg.
Untuk isi APAB danAPAR sama hanya beda beratnya saja, ukuran APAB memang sangat sedikit karena memang harganya yang lumayan mahal dibandingkan dengan APAR. Alat pemadam ini tidak berbahaya bila masih tersegel rapih, untuk perawatan juga sangat mudah biasanya 3-6 bulan akan ada seorang pemadam yang mengontrol untuk dilihat apakah APAR dan APAB masih baik atau perlu untuk perbaikan. terkadang kelemahan dari alat pemadam itu ada di selangnya (Nozzle) dan tekanan pada tabung. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) sering kita lihat di tempat-tempat keramaian seperti Mall, Pertokoan, Perkantoran dan juga gedung-gedung tinggi, setiap APAR juga ada Ukuran, isi, Merk dan Kelasnya.
Beberapa Ukuran APAR:
> Ukuran 1,5Kg
> Ukuran 3 Kg
> Ukuran 3,5 Kg
> Ukuran 4 Kg
> Ukuran 4,5 Kg
> Ukuran 6 Kg dan,
> Ukuran 9 Kg.
Isi dari APAR :
# Powder (Serbu Kimia)
# Foam (Busa)
# Co2 (Carbon dioksida)
# Hallon (Sudah dilarang karena merusak Ozon)
APAR yang sering kita lihat ditempat keramaian biasanya berisi Powder (Serbuk Kimia), Karena Powder ini sangat efektif untuk pemadaman apa saja seperti; Korsleting Listrik, Kompor, Bahan mudah terbakar, Minyak dll, Untuk APAR yang berisikan Foam (Busa) Banyak di gunakan ditempat pengisian bahan bakar seperti Pom Bensin juga toko-toko yang menjual Tinner, cat. Karena Foam lebih efektif untuk pemadaman yang disebabkan oleh bahan bakar atau Minyak. Selain APAR masih ada alat pemadam yang disebut APAB atau Alat Pemadam Api Besar, APAB tidak jauh berbeda isinya dengan APAR, APAB lebih besar dari APAR.
Beberapa Ukuran APAB :
1. Ukuran 30 Kg dan
2. Ukuran 50 Kg.
Untuk isi APAB danAPAR sama hanya beda beratnya saja, ukuran APAB memang sangat sedikit karena memang harganya yang lumayan mahal dibandingkan dengan APAR. Alat pemadam ini tidak berbahaya bila masih tersegel rapih, untuk perawatan juga sangat mudah biasanya 3-6 bulan akan ada seorang pemadam yang mengontrol untuk dilihat apakah APAR dan APAB masih baik atau perlu untuk perbaikan. terkadang kelemahan dari alat pemadam itu ada di selangnya (Nozzle) dan tekanan pada tabung.

Kamis, 20 Maret 2014

Cara Membedakan Samsung Galaxy S4 dan yang "KW"

Ini Cara Membedakan Galaxy S4 "KW" dan Asli

Dibaca: 128517
 Komentar : 26
Engadget
Ilustrasi
KOMPAS.com - Tergiur iming-iming harga murah produk smartphone berbasis Android, Samsung S4, seorang teman membeli Samsung S4 yang ditawarkan kenalannya. Dengan berkilah sebagai produk blackmarket, harganya dipatok menarik, hanya 50 persen dari harga pasaran.

Tetapi, beruntung ada kesepakatan, yaitu jika ternyata smartphone tersebut palsu, maka uang bisa dikembalikan. Deal! Saya diminta mengecek keaslian handphone paling bergengsi yang diproduksi Samsung ini.

Dengan hanya membandingkan produk asli Samsung S4 dengan produk yang baru dibeli, tampak tak ada perbedaan dari sisi tampilan fisik. Bahkan, ukuran empat sensor yang tak sama di bagian depan, juga dibuat sangat baik oleh produk ini.

Dari sisi fisik, saya yakin produk blackmarket itu benar-benar asli Samsung S4. Kemasan kotak dan segala aksesorinya, termasuk baterai dan charger, pun makin meyakinkan jika produk itu asli S4.

Kini saatnya mencoba keandalan S4. Dari sisi kecepatan booting, tak ada masalah, dengan logo Samsung dan suara khas Samsung. Fungsi touch screen tampak meyakinkan, tak ada masalah. Sedikit mulai ada keraguan ketika menguji kualitas kamera yang biasa-biasa saja.

Saatnya memasang aplikasi AnTuTu Benchmark dan CPU-Z, yang bisa diunduh dari Google Play. Dua aplikasi ini dibutuhkan untuk mendeteksi jeroan Samsung S4, mulai dari nama produsen pembuat CPU, jenis CPU, hingga spesifikasi teknis lainnya seperti resolusi layar, densitas layar, RAM, hingga spesifikasi kamera.

Luar biasa, berbagai sensor yang dimiliki Samsung S4 yang membuktikan kecanggihan smartphone ini juga terdeteksi aktif di produk yang diuji. Sampai di situ, sangat sulit untuk mengatakan produk yang diuji adalah palsu.

Ternyata dua aplikasi itu bisa memberikan informasi yang berbeda, itu berarti produk yang diuji bisa mengecoh aplikasi pendeteksi. Dengan CPU-Z terdeteksi CPU-nya adalah ARM Cortex-A7, dan AnTuTu mendeteksinya MTK MT6572.

Dua aplikasi itu tak memberikan penilaian apakah spesifikasi yang ada asli atau bukan. Jika kita tak memegang spesifikasi asli Samsung S4, maka kita tak bisa memberikan penilaian. Beruntung akhirnya ada aplikasi lain yang gratis diunduh yaitu Genuine Galaxy S4/Note 3.

Dengan menjalankan Genuine Galaxy S4/Note 3, software ini langsung memberikan penilaian apakah gadget kita asli atau palsu. Begitu dijalankan aplikasinya, langsung tampil pesan: ”I’am afraid you’re not using Galaxy S4”, yang berarti smartphone tersebut bukan S4.

Alasan pun diberikan rinci oleh aplikasi ini. Di antaranya total RAM hanya 469MB, padalah harusnya 2GB. Total ROM 1,2GB, padahal harusnya 16GB, resolusi layar hanya 800x400, padahal referensinya 1920x1080, CPU core terdeteksi 2 harusnya 4.

Dari aplikasi terakhir itu, jelas bahwa S4 blackmarket yang dijanjikan itu ternyata palsu buatan China. Bisnis smarphone murah dengan berkedok produk blackmarket kini makin marak dan menurut penuturan pedagang, banyak yang sudah membeli produk sejenis.

”Saya tidak tahu kalau palsu, tahunya itu blackmarket makanya saya jual sebagai produk blackmarket,” kata seorang penjual berkilah. Bisnis seperti ini makin sempurna dan tak didesain untuk membohongi karena rantai penjualnya justru mengandalkan orang-orang yang tak paham gadget. Jadi, hati-hati jika Anda ditawari produk blackmarket. Febriyanto335.blogspot.com

Rabu, 19 Februari 2014

Tanjidor Jaman Pitung

TANJIDOR JAMAN PITUNG




 TANJIDOR KESENIAN BETAWI JAMAN PITUNG

Terlepas dari sejarah asal-usul yang panjang, kesenian Tanjidor tetap diakui sebagai representasi kesenian Jakarta yang unik dan antik. Dulu, kesenian ini merupakan iringan wajib dalam setiap kegiatan seremonial keagamaan serta musik penghibur di tiap perhelatan masyarakat Betawi.
Kini, Tanjidor secara perlahan mulai tergusur dari kancah hiburan rakyat di Jakarta. Keberadaan musik adaptasi dari genre jazz ini terjepit di antara organ tunggal, dangdut dan jaipong, serta band pop, yang lebih populer di kalangan masyarakat Ibu Kota.

Kontroversi Asal-Usul Tanjidor
    Tanjidor sebagai satu jenis kesenian musik asli Betawi, dimainkan secara berkelompok. Mengenai asal usul dan sejarah munculnya kesenian ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda yang mana masing-masing mengklaim sebagai pencipta kesenian ini. Musik tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke 14 sampai 16. Salah satu jenis musik Betawi yang mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa.  Menurut sejarawan, dalam bahasa Portugis terdapat kata Tanger yang berarti "memainkan alat musik".
Kata "Tanjidor" berasal dari kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang berarti "alat-alat musik berdawai (stringed instruments)". Tetapi dalam kenyataannya, nama Tanjidor tidak sesuai lagi dengan istilah asli dari Portugis itu. Namun yang masih sama adalah sistem musik (tonesystem) dari tangedor, yakni sistem diatonik atau duabelas nada berjarak sama rata (twelve equally spaced tones). Ensambel Tanjidor terdiri dari alat-alat musik seperti berikut: klarinet (tiup), piston (tiup), trombon (tiup), saksofon tenor (tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon), simbal (perkusi), dan side drums (tambur).
    Sampai sekarang di Portugal Tangedores mengiringi pawai-pawai keagamaan pada pesta penghormatan pelindung masyarakat, misal pesta Santo Gregorius, pelindung Kota Lissabon, tanggal 24 Juni. Alat-alat yang dipakai adalah tambur Turki, tambur sedang, seruling dan aneka macam terompet.  Biasanya pawai itu diikuti boneka-boneka besar yang selalu berjalan berpasangan. Satu berupa laki-laki, yang lain perempuan, dibawa oleh dua orang, yang satu duduk di atas bahu orang yang berjalan. Boneka-boneka itu mirip dengan Ondel-ondel Betawi yang mengiringi rombongan Tanjidor.

Berasal dari Budak
    Di lain pihak, sejarawan Belanda bernama Dr. F. De Haan berpendapat orkes tanjidor berasal dari orkes budak pada zaman Kompeni. Pada abad ke 18 kota Batavia dikelilingi benteng tinggi. Tidak banyak tanah lapang. Para pejabat tinggi Kompeni membangun villa di luar kota Batavia. Villa-villa itu terletak di Cililitan Besar, Pondok Gede, Tanjung Timur, Ciseeng, dan Cimanggis. Di villa-villa inilah terdapat budak-budak yang memiliki keahlian memainkan alat musik. Alat musik yang mereka mainkan antara lain: klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bass drum, tambur, simbal, dan lain-lain. Para budak pemain musik bertugas menghibur tuannya saat pesta dan jamuan makan.
    Repertoar Tanjidor merupakan hasil perkawinan antara lagu Betawi asli (kromongan), laras Mandalungan, lagu zaman Belanda yang merupakan lagu mars (mares Merin, dari kata Marine, mares Duelmus, dari kata Wilhelmus) dan walsa (lagu musik dansa) serta lagu Melayu modern yang dikenal sebagai irama dangdut.
    Hingga akhirnya perbudakan dihapuskan pada tahun 1860. Pemain musik yang semula budak menjadi orang yang merdeka. Karena keahlian bekas budak itu bermain musik, mereka membentuk perkumpulan musik yang akhirnya dinamakan Tanjidor.
Perlu Dilestarikan
    Kelompok musik Tanjidor biasanya dimainkan oleh 7 sampai 10 orang. Mereka mempergunakan peralatan musik tersebut, untuk memainkan reportoir laras diatonik maupun lagu-lagu yang berlaras pelog bahkan slendro. Tentu saja terdengar suatu suguhan yang terpaksa, karena dua macam tangga nada yang berlawanan dipaksakan pada peralatan yang khas berisi kemampuan teknis nada-nada diatonik. Karena gemuruhnya bahan perkusi, dan keadaan alat-alat itu sendiri sudah tidak sempurna lagi memainkan laras diatonik yang murni, maka adaptasi pendengaran lama kelamaan menerimanya pula.
    Para pemain Tanjidor kebanyakan berasal dari desa-desa di luar Kota Jakarta, seperti di daerah Tangerang, Indramayu dan lainnya. Dalam membawakannya, mereka tidak dapat membaca not balok maupun not angka, dan lagu-lagunya tidak pula mereka ketahui dari mana asal-usulnya. Namun semua diterimanya secara aural dari orang-orang terdahulu. Ada kemungkinan bahwa orang-orang itu merupakan bekas serdadu Hindia Belanda, dan bagian anggota kelompok musik. Sekarang ini sangat jarang yang memproduksi peralatan musik Tanjidor. Dengan demikian peralatan musik Tanjidor yang ditemui kemudian tidak ada yang dalam kondisi baru, kebanyakan semuanya sudah bertambalan pateri dan kuning, karena proses oksidasi.
    Tanjidor hingga tahun pertengahan tahun 1950 - an masih menghibur warga pada saat merayakan tahun baru, termasuk ngamen di kawasan Kota pada saat Imlek hingga Cap Go Meh. Setelah itu, orkes musik yang terdiri atas alat musik barat seperti klarinet, trombone, trompet, tuba tenor, drum samping, simbal, dilarang ngamen di Jakarta. Orkes ini juga terpengaruh musik China dilihat dari penggunaan suling, gong, kendang, rebab. Musik mereka biasanya adalah musik riang, mars seperti lagu-lagu dari zaman Belanda yang biasa dibawakan para serdadu.
    Namun yang pasti, orkes ini mudah dinikmati di tempat yang dihadiri banyak masyarakat Betawi dan juga dapat dipakai untuk memuliakan Tuhan. Tidak hanya itu, kesenian Betawi ini pun rupanya menarik minat seorang hamba Tuhan bernama Junaedi Salat yang juga merupakan putera Betawi dalam upaya untuk melestarikan budaya leluhurnya dan kecintaannya terhadap kesenian ini mencoba membentuk paduan suara Rohani Betawi dengan latar belakang musik budaya lokal Betawi. Tepatlah sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa ‘dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.